Sabtu, 14 Maret 2015

Fitroh ( potensi dasar ) manusia dan Implikasinya dalam pendidikan

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM
“POTENSI-POTENSI DASAR (FITRAH) MANUSIA, TUGAS DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu :
Prof. Dr.H. Muhaimin M.A







Disusun oleh :
Saiful Rijal (13110113)
Adelina Damayanti (13110043)
Lusi Harianti (13110169)

( KELAS : PAI A )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
                    Alhamdulillahirabbil‘alamin. Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan pengetahuan yang dimiliki, kami mencoba membuat makalah ini dengan judul “Potensi-potensi Dasar (fitrah) Manusi, Tugas dan Implikasinya terhadap Pendidikan” guna memenuhi tugas pada mata kuliah “Ilmu Pendidikan Islam”.
 Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni Agama Islam.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada “Prof. Dr.H. Muhaimin M.A selaku dosen pengampu bidang studi yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini, khususnya bagi kami yang masih serba kekurangan dalam pemahaman materi.
Kami telah berusaha maksimal untuk menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin, dan apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, kami mohon maaf. Oleh karena itu, segala kritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat kami harapkan.
Akhirnya kami menyampaikan terima kasih yang banyak kepada semua pihak yang telah membantu kami, semoga segala amal baiknya selalu mendapat pahala dari Allah Swt., Amin.
Malang, 15 Februari 2015

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
       1.1    Latar Belakang 1
       1.2    Rumusan Masalah 1
       1.3    Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Manusia. 2
Potensi-potensi Dasar (fitrah) Manusia 2
Tugas Manusia di bumi 6
Implikasi Manusia dalam pendidikan 7
BAB III PENUTUP
       Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA iii




BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak lain hanya untuk mengabdi dan beribadah. Dan juga bertugas untuk mengemban amanah untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi agar manusia dapat hidup sejahtera dan makmur lahir dan batin. Begitu spesialnya manusia diciptakan oleh Allah SWT. Dengan di berinya potensi, maka manusia dapat berpikir dan mengembangkan potensi yang terdapat pada dirinya. Mengembangkan potensi tersebut salah satunya melalui dunia pendidikan.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah SWT yang digunakan untuk menjaga dan melestarikan alam ini sebaik mungkin. Dia diberi wewenang untuk menjadi kholifah di bumi bukan malah menjadi perusak alam dengan potensi yang telah dimilikinya. Sedangkan makhluk lain tidak sesempurna manusia yang tidak di karuniai akal fikiran namun manusia banyak melalaikan tugasnya bahkan tidak jarang mereka malah mengeksploitasi secara berlebihan dengan kemampuan yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Rumusan Masalah
Apakah Pengertian Manusia?
Bagaimanakah Potensi-potensi Dasar (fitrah) Manusia?
Bagaimanakah Tugas manusia di dunia ?
Apa Implikasi Manusia Terhadap Pendidikan?

Tujuan Penulisan
Mengetahui Pengertian Manusia
Mengetahui Potensi-potensi Dasar (fitrah) Manusia
Mengetahui Tugas di dunia ?
Mengetahui Implikasi Manusia Terhadap Pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

 Pengertian Manusia
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dan ciptaan yang terbaik. Ia di lengkapi dengan akal pikiran. Dalam hal ini Ibnu ‘Arabi melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa, “ tidak ada makhluk Allah yang lebih bagus daripada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berpikir dan memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan syarat-syarat yang diperlukan bagi pengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di bumi”.

Potensi-potensi Dasar (fitrah) Manusia
Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara makhluk Allah yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur jasmaniah dan rohaniah atau unsur fisiologis. Dalam unsur ini Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkarya yang disebut potensialitas. Yang menurut islam dinamakan “Fitrah”.
Secara etimologis, asal kata fitrah berasal dari kata bahasa arab, yaitu ”Fitratun” jamaknya ”Fitarun,” artinya perangai, tabiat, kejadian asli, agama, ciptaan. Fitrah juga terambil dari akar-akar kata ”al-Fathr” yang berarti belahan. Dari makna ini lahir makna-makna lain, antara lain ”pencipta” atau ”kejadian”.
Dalam al-Qur’an, menurut Quraish Shihab, kata fitrah dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 28 kali, 14 di antaranya dalam konteks uraian tentang bumi dan atau langit. Sisanya dalam konteks penciptaan manusia baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah manusia. Berbeda halnya dengan pendapat Quraish Shihab, menurut Muhammad Abdul Baaqi yang dikutip oleh Muis Sad Imam, kata fitrah dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali dengan berbagai bentuknya, dalam 19 ayat
Menurut Hasan Langgulung, yang disitir oleh Samsul Nizar, bahwa fitrah diartikan sebagai potensi-potensi yang dimiliki manusia yang merupakan suatu keterpaduan yang tersimpul dalam al-Asma’ al-Husna Allah (sifat-sifat Allah).
Dengan mencermati pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa makna fitrah manusia adalah sesuatu kekuatan atau kemampuan (potensi terpendam) yang menetap pada diri manusia sejak awal kejadiannya sebagai sifat kodrati, untuk komitmen terhadap keimanan kepada-Nya, cenderung kepada hanif (kebenaran), dan potensi itu merupakan ciptaan Allah.
Dari sini telah dirasa cukup dalam menjelaskan definisi fitrah, sehingga agar dapat mencakup secara holistik mengenai fitrah itu sendiri di dalam ajaran Islam yang didasari oleh al-Qur’an dan al-Hadist, maka di bawah ini akan dilanjutkan dengan pemaparan mengenai fitrah dalam tinjauan al-Qur’an dan al-Hadist. Yakni QS. Ar-Rum (30): 30.
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan aslinya), itulah fitrah Allah. Yang Allah menciptakan manusia diatas fitrah itu. Itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya”.
Adapun sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi:
كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه
 “ Tiap-tiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Hanya bapak ibulah yang menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi” (HR. Muslim).
Berdasarkan makna fitrah diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia sejak asal kejadiannya membawa potensi beragama yang lurus, dan dipahami oleh para ulama sebagai tauhid. Dengan demikian potensi dasar manusia menurut penjelasan ayat diatas adalah tauhid, yaitu ketundukkan dan penyerahan totalitas diri manusia kepada Tuhannya dzat Yang Maha Tunggal.
Secara garis besar manusia memiliki empat potensi yang utama, yang secara fitrah sudah di anugrahkan Allah kepada manusia sejak lahir.

Pembagian Fitrah antara lain:
Hidayat al- Ghariziyyat (potensi naluriah)
Dorongan ini adalah merupakan dorongan yang bersifat primer yang berfungsi untuk memelihara keutuhan dan kelanjutan hidup manusia. Di dalam potensi ini terkandung beberapa unsur insting, dorongan ingin tahu, memelihara harga diri, dorongan seksual, dorongan mempertahankan diri, dan dorongan primer lainnya, yang pada intinya merupakan dorongan manusia untuk mempertahankan hidup. Setiap manusia yang lahir membawa insting, yaitu berupa daya akal yang berguna untuk mengembangkan potensi dasar yang dimilikinya.
Kemudian insting mempertahankan diri ini berfungsi untuk memelihara manusia dari ancaman yang datang dari luar dirinya. Selain itu manusia juga memiliki naluri untuk mengembangkan diri. Naluri ini disebut naluri seksual. Dengan adanya naluri seksual ini manusia dapat mengembangkan dirinya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dorongan-dorongan yang ada pada diri manusia tersebut sudah melekat pada dirinya sejak lahir. Dorongan tersebut diperoleh tanpa melalui proses belajar, karena dorongan-dorongan itu bersifat naluriah dan siap.
Hidayat al-Hissiyat (potensi inderawi)
Potensi ini erat kaitannya dengan peluang manusia untuk mengenal sesuatu di luar dirinya. Melalui media indera yang di milikinya, manusia dapat mengenal suara, cahaya, warna dan aroma maupun bentuk sesuatu. Jadi, indera berfungsi sebagai media yang menghubungkan manusia dengan dunia luar dirinya.
Hidayat al-Aqliyat (potensi akal)
Potensi akal merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Dengan adanya potensi akal ini manusia dapat meningkatkan dirinya melebihi makhluk lainnya. Dengan potensi akal tersebut manusia dapat mengenal simbol-simbol dan hal-hal abstrak, menganalisa, membandingkan maupun membuat kesimpulan, dan selanjtnya memilih dan membedakan antara yang benar dan yang salah. Kemampuan akal mendorong menusia untuk berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan kebudayaan dan peradaban. Manusia dengan kamampuan akalnya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengubah serta merekayasa lingkungan menuju situasi kehidupan yang lebih baik.
Hidayat al-Diniyyat (potensi beragama)
Dalam diri manusia sudah ada potensi keagamaan, yaitu berupa dorongan untuk mengabdi kepada sesuatu yang diyakininya memiliki kekuasaan yang lebih tinggi. Dalam pandangan antropolog, dorongan ini dimanifestasikan dalam bentuk percaya terhadap kekuasaan supranatural (belief of supranatural being). Kecenderungan manusia untuk selalu percaya terhadap hal-hal yang bersifat rohani dan abstrak, sebagaimana ia beragama dan bertuhan merupakan cerminan nature manusia sekaligus merupakan bentuk pernyataan penyerahan diri manusia kepada Tuhannya.
Tugas Manusia di bumi
Tugas manusia meliputi tugas-tugas vertikal dan tugas-tugas horizontal. Suatu tugas disebut sebagai tugas vertikal bila berhubungan langsung dengan Allah. Sementara suatu tugas disebut sebagai tugas horizontal apabila tugas tersebut berkaitan dengan makhluk (diri sendiri, orang lain, makhluk hidup lain, makhluk ghaib).
Tugas Vertikal (hubungan manusia dengan Allah)
Memiliki pengetahuan tentang bagaimana menjalin hubungan dengan Allah
Memiliki kemampuan untuk melakukan ibadah mahdhah (ibadah terstandarisasi) kepada Allah.
Memiliki kemampuan untuk melakukan ibadah ghairu mahdhah (ibadah bebas)
Memiliki pengalaman puncak saat/sesudah berhubungan dengan Allah
Tugas manusia yang berhubungan dengan manusia (horizontal)
Memiliki kesadaran tentang tanggung jawab terhadap semua makhluk
Memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang makhluk hidup
Memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis dalam bidang tertentu (bidang yang memiliki manfaat dalam kehidupan bersama manusia)
Memiliki kemampuan memahami diri sendiri
Memelihara dan mengembangkan kekuatan dan kesehatan fisik
Memiliki kemampuan mengontrol dan mengembangkan diri sendiri
Memiliki kemampuan menjalin relasi dengan sesama makhluk
Membebaskan diri dari pengaruh makhluk ghaib (jin, setan, iblis)
Implikasi Manusia dalam pendidikan
Alat-alat potensial dan berbagai potensial dasar atau fitrah manusia tersebut harus ditumbuh kembangkan secara optimal dan terpadu melalui proses pendidikan sepanjang hayatnya. Manusia diberikan kebebasan untuk berikhtiar mengembangkan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar atau fitrah manusia tersebut. Namun demikian, dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat lepas dari adanya batas-batas tertentu, yaitu adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam, hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri, yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung pada kemauan manusia. Hukum-hukum inilah yang disebut dengan taqdir (Keharusan universal)
Di samping itu, pertumbuhan dan perkembangan alat-alat potensial dan fitrah manusia itu juga dipengaruh oleh faktor-faktor hereditas, lingkngan alam, lingkungan sosial, sejarah. Dalam ilmu-ilmu pendidikan ada 5 macam faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan, yaitu tujuan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan, dan lingkungan. Karena itulah maka minat, bakat, kemampuan (skill), sikap manusia yang diwujudkan dalam kegiatan ikhtiarnya dan hasil yang dicapai dari kegiatan ikhtiarnya tersebut bermacam-macam.
Fitrah berisi daya-daya yang wujud dan perkembangannya tergantung pada usaha manusia sendiri. Oleh karena itu fitrah harus dikembalikan dalam bentuk-bentuk keahlian, laksana emas atau minyak bumi yang terpendam di perut bumi, tidak ada gunanya kalau tidak digali dan diolah untuk manusia. Di sinilah letak tugas utama pendidikan. Sedangkan pendidikan sangat dipengaruhi oleh factor pembawaan dan lingkungan (nativisme dan empirisme). Namun ada perbedaan antara pendidikan Islam dengan pendidikan umum. Pendidikan Islam berangkat dari filsafat pendidikan theocentric, sedangkan pendidikan umum berangkat dari filsafat anthropocentric.
Theocentric memandang bahwa semua yang ada diciptakan oleh Tuhan, berjalan menurut hukum-Nya. Filsafat ini memandang bahwa manusia dilahirkan sesuai dengan fitrah-Nya dan perkembangan selanjutnya tergantung pada lingkungan dan pendidikan yang diperoleh. Sedang seorang guru hanya bersifat membantu, serta memberikan penjelasan-penjelasan sesuai dengan tahap perkembangan pemikiran serta peserta didik sendirilah yang harus belajar. Sedangkan filsafat anthropocentric lebih mendasarkan ajaran pada hasil pemikiran manusia dan berorientasi pada kemampuan manusia dalam hidup keduniawian. Dalam pendidikan Islam hidayah Allah menjadi sumber spiritual yang menjadi penentu keberhasilan akhir dari proses ikhtiyariah manusia dalam pendidikan.
Fitrah manusia dan implikasinya dalam pendidikan dapat dijelaskan lebih lanjut dengan:
Pemberian stimulus dan pendidikan demokratis
Manusia ditinjau dari segi fisik-biologis mungkin boleh dikatakan sudah selesai, “Physically and biologically is finished”, tetapi dari segi rohani, spiritual dan moral memang belum selesai, “morally is unfinished”.
Manusia tidak dapat dipandang sebagai makhluk yang reaktif, melainkan responsif, sehingga ia menjadi makhluk yang responsible (bertanggung jawab). Oleh karena itu pendidikan yang sebenarnya adalah pendidikan yang memberikan stimulus dan dilaksanakan secara demokratis.
Kebijakan pendidikan perlu pertimbangan empiris.
Dengan bantuan kajian psikologik, implikasi fitrah manusia dalam pendidikan islam dapat disimpulkan bahwa jasa pendidikan dapat diharapkan sejauh menyangkut development dan becoming sesuai dengan citra manusia menurut pandangan islam.
Konsep fitrah dan aliran konvergensi
Dari satu sisi, aliran konvergensi dekat dengan konsep fitrah walaupun tidak sama karena perbedaan paradigmanya. Adapun kedekatannya:
Pertama: Islam menegaskan bahwa manusia mempunyai bakat-bakat bawaan atau keturunan, meskipun semua itu merupakan potensi yang mengandung berbagai kemungkinan,
Kedua: Karena masih merupakan potensi maka fitrah itu belum berarti bagi kehidupan manusia sebelum dikembangkan, didayagunakan dan diaktualisasikan.
Namun demikian, dalam Islam, faktor keturunan tidaklah merupakan suatu yang kaku sehingga tidak bisa dipengaruhi. Ia bahkan dapat dilenturkan dalam batas tertentu. Alat untuk melentur dan mengubahnya ialah lingkungan dengan segala anasirnya. Karenanya, lingkungan sekitar ialah aspek pendidikan yang penting. Ini berarti bahwa fitrah tidak berarti kosong atau bersih seperti teori tabula rasa tetapi merupakan pola dasar yang dilengkapi dengan berbagai sumber daya manusia yang potensial

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari Uraian di atas dapat disimpulkan :
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dan ciptaan yang terbaik. Ia di lengkapi dengan akal pikiran serta makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan syarat-syarat yang diperlukan bagi pengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di bumi
Fitrah manusia adalah sesuatu kekuatan atau kemampuan (potensi terpendam) yang menetap pada diri manusia sejak awal kejadiannya sebagai sifat kodrati, untuk komitmen terhadap keimanan kepada-Nya, cenderung kepada hanif (kebenaran), dan potensi itu merupakan ciptaan Allah.
Fitrah itu terbagi menjadi empat bagian yaitu :
Hidayat al- Ghariziyyat (potensi naluriah)
Hidayat al-Hissiyat (potensi inderawi)
Hidayat al-Aqliyat (potensi akal)
Hidayat al-Diniyyat (potensi beragama)
Tugas manusia di bumi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Tugas Vertikal (hubungan manusia dengan Allah) dan Tugas manusia yang berhubungan dengan manusia (horizontal)
Implikasi manusia dalam pendidikan dapat dijelaskan dengan Pemberian stimulus dan pendidikan demokratis Kebijakan pendidikan perlu pertimbangan empiris Konsep fitrah dan aliran konvergensi

DAFTAR PUSTAKA

Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH) hal 1
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara)hal 88
http://chokogitho.blogspot.com/2009/07/fitrah-manusia-dan-implikasi-dalam.html
Triyo Supriyatno, Humanitas Spiritual dalam Pendidikan, (Malang: UIN Press) hal 89-90
Fuad Nashori, Potensi-potensi Manusia (seri psikologi Islam), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 47
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2002) hlm 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar